A. PENDAHULUAN
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi
maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya
hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus
diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan
pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan
belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan bisa juga
dikembangkan menjadi kegiatan wira usaha.
Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan
pengalaman agar bisa memanfaatkan TIK secara optimal dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat.
Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan TIK akan memiliki
kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai TIK dan menggunakannya
secara efektif. Selain dampak positif, siswa mampu memahami dampak negatif, dan
keterbatasan TIK, serta mampu memanfaatkan TIK untuk mendukung proses
pembelajaran dan memanfatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin banyaknya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan myspace membuat komunikasi dan saling bertukar informasi semakin mudah. Belum lagi semakin menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet seperti wordpress, blogspot, livejurnal, dan multiply. Membuat kita dituntut bukan hanya mampu mencari dan memanfaatkan informasi saja, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet melalui blog yang kita kelola dan terupdate dengan baik. Di sanalah muncul kreativitas menulis yang membuat orang lain mendapatkan manfaat dari tulisan yang kita buat. Namun sayangnya, kebiasaan menulis dan membaca belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, termasuk guru dan siswa di sekolah. Para guru TIK dituntut agar para peserta didiknya mampu memanfaatkan TIK untuk mengembangkan kreativitas menulis.
Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa
memerlukan pembahuruan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasilan
dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang
berdampak meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi
tinggi (high technology)perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu
cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam
proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk mengejar perkembangan ilmu
dan teknologi jika sistem pendidikan masih dilakukan secara konvensional.
B. PEMBAHASAN
Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran
di Sekolah
Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The
International Commission on Education for the Twenty First
Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup)
yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran,
yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan)
Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to
be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live
together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat
pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai
agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di
sekolah.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari
ruang kelas ke, di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on
line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.Komunikasi sebagai media
pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti
telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan
siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa
harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh
informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber
space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Di
sinilah peran guru untuk membuat kurikulumnya sendiri yang dapat membuat
peserta didik beajar secara aktif.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang
disebut “cyber teaching”atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang
dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini
ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan
media TIK khususnya internet. Menurut Rosenberg
(2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam
penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria
yaitu: (1) e-learning merupakan
jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan
membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir
melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3)
memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik
paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK
itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu
pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon,
audio, video tape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi, Haryono dan
Librero, 2002).
Saat ini e-learning telah berkembang dalam
berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based
Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning,
Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted
Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran
di sekolah dapat juga
memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya
laboratorium virtual (virtual lab)memungkinkan guru dan siswa dapat
belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium
secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan
elektronik (e-library) sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber
buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber
belajar tersebut.
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam
dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah
pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat
penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran. Sebenarnya, ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan
menurut UNESCO, yaitu: Level 1:Emerging - baru menyadari pentingnya TIK
untuk pendidikan; Level 2: Applying - baru mempelajari
TIK (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar
melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level
4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan
efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum.
Salah satu bentuk produk TIK yang sedang “ngetrend” saat ini
adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang
abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap
kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan
salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini
menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa
mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang
dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai
bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan
perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir
telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai
bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu
kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan
global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan
pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap
orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu
meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang
berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses
pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru
dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat
melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut
siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian, maka pendidikan khususnya proses
pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan
komputer dan internet sebagai alat bantu utama.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan
disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind
Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di
era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti
sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak
terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang
kelas di masa yang akan datang disebut sebagai“cyber
classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak
melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola
belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran
interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer
dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan
internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak
akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya
sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran
yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk
yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran
maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam
situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai
dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa
di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis
seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam
tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti
untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat
lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat
olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa
segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang
bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri
dari berbagai pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur
serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota
besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah
mengaplikasikannya, tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh
panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah
terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan
produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi
kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu
sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih
senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games
sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang
diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari
aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari
internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis
terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan
internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang
bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya.
Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik
dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Pergeseran pandangan
tentang pembelajaran
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi
pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
Dalam pandangan tradisional proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya
mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi,
(4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan
menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6)
suatu proses linear. Sejalan
dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran
yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses
alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan
atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6)
aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur
siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil,
dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam
pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber
utama informasi, ahli materi, dan sumber segala
jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,
navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan
mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan
alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara
itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang
pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran,
(2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan
berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas
individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa
lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada
guru, kini telah bergeser menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat
digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
|
Berpusat pada GURU
|
Berpusat pada SISWA
|
Aktivitas kelas
|
Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis
|
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
|
Peran guru
|
Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai ahli
|
Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai ahli
|
Penekanan pengajaran
|
Mengingat fakta-fakta
|
Hubungan antara informasi dan temuan
|
Konsep pengetahuan
|
Akumulasi fakta secara kuantitas
|
Transformasi fakta-fakta
|
Penampilan keberhasilan
|
Penilaian acuan norma
|
Kuantitas pemahaman, pe-nilaian acuan patokan
|
Penilaian
|
Soal-soal pilihan berganda
|
Portofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
|
Penggunaan teknologi
|
Latihan dan praktek
|
Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi
|
Aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang
dikembangkan oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.
a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan
menarik
b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks
c. Mempercepat proses yang lama
d. Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
e. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar
jangkauan
Kurikulum TIK yang sekarang ini telah dibuat oleh pusat
kurikulum yang bekerjsama dengan Badan standar Nasional (BSNP) adalah kurikulum
standar yang terdiri dari SK (Standar Kompetensi), dan KD (Kompetensi Dasar) yang
masih harus dikembangkan oleh guru itu sendiri dalam mengaplikasikannya sesuai
dengan kondisi sekolah. Guru TIK dituntut untuk membuat kurikulumnya sendiri
sesuai dengan SK dan KD dengan berbagai ragam pengayaan yang dimiliki oleh guru
di daerahnya masing-masing. Sayangnya, banyak guru yang belum siap membuat
kurikulumnya sendiri dan masih banyak guru yang copy and paste dalam
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Padahal dlam KTSP guru
diberikan kebebasan untuk berkreativitas dalam memberikan materi pengayaan
kepada para peserta didiknya.
C. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Aplikasi dan potensi teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) telah membawa pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan peran guru
dalam proses pembelajaran di sekolah. Penerapan TIK dalam pembelajaran
memungkinkan kegiatan belajar mengajar lebih interaktif, simulatif dan lebih
menarik. Oleh karena itu guru di era globalisasi informasi ini dituntut untuk
mampu menguasai dan mengalipkasikan TIK dalam pembelajaran. Mengajak peserta
didik untuk mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mampu meciptakan
informasi dengan membangun connecting and sharing.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari
pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang beriorientasi pada penerapan TIK
akan mempercepat peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya dapat
mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia.
Bagaimanapun banyaknya dampak positif dalam penerapan TIK
dalam pembelajaran di sekolah, kita mempunyai tanggungjawab bersama dalam
meminimalisasi dampak negatif yang muncul baik secara individual, maupun
sosial. Jangan iarkan anak-anak kita terlalu asyik dengan facebooknya dan
games-games online lainnya. Anak harus diajarkan untuk mampu membaca dan
menulis. Menciptakan informasi di dunia maya, walupun kita tahu dunia maya tak
secantik Luna Maya yang terkena kasus dengan tulisannya di situs sosial
Twitter.
Mulai saat ini marilah kita tidak GATEK, dan tidak ALERGI
dengan TIK. Siapa yang menguasai TIK, pasti dia akan menguasai dunia. Kita pun
merasakan bahwa masih banyak yang harus disempurnakan untuk memperbaharui
kurikulum TIK yang ada di sekolah-sekolah kita. Perlu kerjasama (kolaborasi)
antara guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi untuk memperbaiki kualitas
kurikulum TIK di Indonesia. Jangan sampai terjadi tumpang tindih materi dalam
mengaplikasikan TIK. Semoga struktur dan kultur berjalan seimbang di
sekolah-sekolah kita, sehingga aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di
sekolah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang diharapkan oleh
pemerintah.
Sumber
http:// www.wijayalabs.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar