A.
Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif menetap dan dapat
berlangsung kapan saja, dimana saja, da dari siapa/apa saja. Belajar dapat
merupakan :
1. Penambahan
(hal yang baru)
2. Pengurangan
(kebiasaan salah)
3. Modifikasi
Belajar pada dasarnya adalah usaha yang di
sengaja, namun dapat pula berlangsung tanpa disadari. Belajar adalah suatu
proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seuur
hidup. Karena kompleksnya masalah belajar ini, banyak teori yang berusaha
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Para penganut aliran psikologi:
1. Behavioristik
(Prilaku) berpendapat bahwa belajar itu terjadi sebagai akibat adanya pengkondisian
lingkungan yang diikuti dengan adanya penguatan (reinforcement). Ini
berdasarkan perubahan perilaku yang dapat di amati. Oleh karena itu tujuan
belajar perlu dirumuskan dalam empat atribut siapa (audience), perilaku
(behavior), kondisi (condition) dan peringkat pencapaian (degree of
achievement). Dikenal dengan rumusan ABCD.
2. Kognitif
atau Gestalt berpandpat bahwa belajar terjadi karena usaha yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif dan kreatif. Tujuan belajar cukup di rumuskan
menggunakan kata kerja atau kata benda.
3. Humanistik
berpendapat bahwa belajar itu berlangsung berdasarkan kondisi internal
seseorang dan interaksinya dengan lingkungan. Setiap orang akan mengembangkan
dirinya sesuai jati dirinya yang selaras dengan lingkungan.
4. Konstruktivis
berpendapat bahwa tiap orang akan mampu belajar dengan membangun apa yang di
alami dan diketahui, sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada pada dirinya.
Tiap orang akan membangun potensi dirinya dengan mengolah, mencernakan dan
memeberi makna atas rangsangan dan pengalaman yang di perolehnya. Teori ini
menekankan pada keragaman belajar dan tujuannya adalah menguasai kompetensi
yang diperlukan dalam kehidupan.
Perubahan atau kemampuan baru dalam belajar
oleh APA (American Psychological Association) diklasifikasikan dalam tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (oleh editor utama Benyamin S.
Bloom dan 4 pendamping editor salah satunya adalah David r. Krathwohl dan 34
anggota tim lainnya pada tahun 1956) Masing-masing ranah dikembangkan lagi
dalam sejumlah indikator dan disebut taksonomi tujuan belajar. Taksonomi ini
direvisi pada tahun 2001 oleh satu tim dengan editor utama Lorin W. Anderson
dan David R. Krathwohl.
Ki Hajar Dewantara
(1889-1959) merumuskan tujuan belajar dalam
tiga kategori, yaitu “tri-nga” (‘nga’ merupakan huruf terakhir dalam
abjad Jawa Ajisaka) = ngerti, ngrasa dan ngalkoni atau merasakan dan
mengerjakan. Dalam literatur bahasa inggris dikenal dengan 3H (Head, Heart
& Hands).
Belajar mengandung ciri
:
1. Bertambahnya
jumlah pengetahuan
2. Kemampuan
mengingat dan reproduksi
3. Menerapkan
pengetahuan
4. Menyimpulkan
makna
5. Menafsirkan
dan mengaitkan dengan realitas
6. Berubah
sebagai pribadi
Seorang Belajar :
1. 10
% dari yang di baca
2. 20%
dari yang di dengar
3. 30%
dari yang dilihat
4. 50%
dari yang dilihat dan di dengar
5. 70%
dari yang dikatakan
6. 90%
dari yang dikatakan dan dilakukan
B.
Metode, Gaya Dan Pendapat Para Ahli Dalam Belajar
Metode
belajar itu seperti :
1. Belajar
Aktif, terjadi apabila pemelajar (leraners) dipacu untuk mengeksplorasi pengetahuan
dan pengalaman sendiri, termasuk sikap, nilai, kepercayaan dan motivasi diri
sendiri.
2. Belajar
madniri, terjadi bilamana pemalajar secara swakarsa menginternalisasi
pengetahan, sikap, dan keterampilan yang dtetapkan secara normatif, tanpa
tergantung bimbingan langsung dari pengajar.
3. Belajar
afektif, berlangsung bilamana pemelajar mengolah rangsangan dengan mengungkap
kembali pelajaran atau hal-hal yang telah dimiliki telebih dahulu, termasuk
pengalaman, sehingga menghasilkan sintesa baru.
4. Belajar
koorperatif, berlangsung bilamana beberapa pemelajar bekerjasama melakukan
kegiatan ke arah yang di sepakati bersama.
5. Belajar
Kolaboratif berlangsung bilamana beberapa pemelajar bekerjasama dengan
memberikan konstribusi sesuai dengan peran masing-masing untuk tercapai tujuan.
Gaya belajar juga sangat mempengaruhi
prestasi pelajar di dalam/di luar kelas/sekolah. Ada 3 gaya belajar dan setiap
orang pasti berbeda-beda, jadi kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada
pelajar.
Menurut DePorter dan
Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan
mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang
digunakan individu dalam memproses informasi.
Gaya
Belajar :
1. Gaya Belajar Visual (Visual
Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka
paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
2. Gaya
belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus
mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu
.
3. Gaya
belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan
individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu
agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang
bisa melakukannya.
Sebelumnya para ahli atau tokoh banyak
berpendapat mengenai belajar, seperti :
1. Kong
Hu Chu (Confucius) berpendapat:
Apa yang saya dengar,
saya lupa
Apa yang saya lihat,
saya ingat
Apa yang saya kerjakan,
saya pahami
2. Silberman
berpendapat :
What I hear I Forget
What I hear and see, I
remember a little
What I hear, see and
discuss with someone else, i begin to understand
What I hear, see,
discuss and do, I acquire knowledge and skill
What I teach to
another, I master
3. Komensky
(Commenius, 1659) berpendapat bahwa :
- belajar harus
merupakan kegiatan yang menggembirakan
- konsep&prinsip
abstrak harus di bangun dengan fondasi pengalaman langsung.
4. Harlow
(1959) berpendapat :
- belajar lebih
merupakan usaha meniadakan strategi yang salah, dari pada memperkuat respons
- awal belajar
berlangsung lambat, makin lama makin cepat
5. DePorter
(1992) berpendapat bahwa kurikulum yang harmonis disusun berdasarkan falsafah,
bahwa :
- belajar harus
berlangsung dalam lignkungan yang menyenangkan
- seluruh aspek
kepribadian dikembangkan melalui berbagai pendekatan yang menantang
-kehormatan diri
merupakan hal penting dalam membentuk pribadi yang sehat dan bahagia.
6. Harris
(1967) berpendapat bahwa perubahan perilaku yang efektif berlangsung dalam
suasana saling peduli (asertif) : I’m OK ßàYou’re
OK
Belajar dangkal hanya untuk
mengingat/menghafal fakta/indformasi, dan belajar mendalam bersifat permanen
dan siap diaplikasikan ke dalam hidup.
Belajar akan di perkuat apabila si pelajar di
tugaskan untuk :
·
Menjelaskan sesuatu
dengan bahasa sendiri
·
Mengenali sesuatu itu
dalam berbagai keadaan dan kesempatan
·
Memberikan contoh
mengenai sesuatu itu
·
Melihat hubungan antara
sesuatu itu dengan fakta atau informasi lain
·
Memperkirakan
konsekuensinya
·
Menyatakan hal yang
bertentangan
Intelegensi menurut
Gardner meliputi :
1. Kebahasaan
(lingustik)
2. Matematika/logika
3. Visual/spasial
4. Musikal
5. Kinestetikal
6. Interpersonal
7. Intrapersonal
8. Naturalis
9. Spiritual
10. Eksistential
Sementara itu, Roger Sperry tahun 1964
(Dryden & Vos, 1999) menemukan bahwa ke dua belahan otak besar mempunyai
fungsi yang berbeda, yaitu:
Belahan
Kiri
: Verbal, Logika, Rational, Objektif, Konseptual, Akademik
Belahan
Kanan : Visual, Sintetik/Kinestetik,
Emosional, Subjektif, Fisikal/Spasial, Kreatif.
Kedua belahan otak
tersebut harus dirangsang agar berfungsi dengan optimum.
C.
Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan ,
penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan , guru mengajar
supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan ( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap ( aspek afektif ), serta keterampilan ( aspek psikomotor )
seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata
“mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui ( diturut ) ditambah dengan awalan “pe” dan
akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. ( KBBI )Istilah
“pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai
arti cara mengajar atau mengajarkan. ( Purwadinata, 1967, hal 22 ). Dengan
demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar ( oleh siswa ) dan
Mengajar ( oleh guru ).
Kegiatan belajar mengajar adalah satu
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan
primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar
terjadi kegiatan secara optimal.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa
kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa,
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru,
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan,
Pernyataan tentang perubahan perilaku ( kognitif, psikomotorik, afektif ) yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Materi
Pelajaran, Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
5. Metode,
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat
informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media,
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7. Evaluasi,
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Ciri
- ciri Pembelajaran
Menurut
Eggen & amp, Kauchak ( 1998 ) Menjelaskan bahwa ada beberapa ciri
pembelajaran yang efektif, yaitu:
·
Siswa menjadi pengkaji
yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,
menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan - perbedaan serta membentuk konsep
dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan
·
Guru menyediakan materi
sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, aktivitas - aktivitas
siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian
·
Guru secara aktif
terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis
informasi
·
Orientasi pembelajaran
penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir
·
Guru menggunakan teknik
mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
D.
Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Setiap program pembelajaran bertujuan untuk
terjadinya tndak belajar. Belajar dapat berlangsung sendiri tanpa adanya
kegiatan pembelajaran. Tujuan belajar ranah kognitif hasil revisi membedakan :
Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan.
Tujuan belajar ranah kognitif seharusnya dirumuskan
dengan menggunakan tabel taksonomi yang menunjukan dimensi pengetahuan apa yang
perlu dikuasai (kata benda) dan pada jenjang mana tindakan untuk penguasaan
tersebut (kata kerja).
Sementara itu, tujuan belajar ranah psikomotor
dikembangkan oleh beberapa ahli yang berbeda-beda secara sendiri-sendiri.
Sebenarnya taksonomi ranah kognitif juga dapat digunakan dalam bidang
keterampilan perbuatan, namun banyak ahli yang berpendapat bahwa ranah
psikomotor ini lebih diutamakan kemampuan fisik.
Proses kognitif
disusun dalam enam jenjang meliputi :
1. Mengingat
2. Mengerti
3. Memakai
4. Menganalisis
5. Menilai
6. Mencipta
Dimensi pengetahuan
dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Pengetahuan
faktual
2. Pengetahuan
konseptual
3. Pengetahuan
Prosedural
4. Pengetahuan
Metakognitif
Menurut Dave,
keterampilan psikomotorik meliputi :
1. Peniruan
2. Penggunaan
3. Ketepatan
4. Perangkaian
5. Naturalisasi
Menurut Harrow, tujuan
belajar ranah psikomotorik tersusun dalam peringkat :
1. Gerak
Refleks
2. Gerak
dasar
3. Kemampuan
perseptif
4. Kemampuan
fisik
5. Gerak
terampil
6. Gerak
komunikatif
Dimensi
Pengetahuan
1. Pengetahuan
Fakta
·
Terminologi
·
Rincian dan unsur-unsur
2. Pengetahuan
Konseptual
·
Klasifikasi dan
kategori
·
Prinsip dan
generalisasi
·
Teori, model dan
struktur
3. Pengetahuan
Prosedural
·
Ketrampilan khusus dan
algoritma
·
Teknik dan metode
khusus
·
Kriteria penggunaa cara
yang tepat
4. Pengetahuan
Metakognitif
·
Pengetahuan startegik
·
Pengetahuan tentang
tugas kognitif
·
Pengetahuan diri
Teknologi Pendidikan
bertujuan memfasilitasi belajar yang mendalam dan siap diterapkan dalam
kehidupan.
KESIMPULAN
1. Belajar
adalah proses kompleks dan terjadi pada semua orang, berlangsung kapan saja,
dimana saja, dari siapa/apa saja dan berlangsung seumur hidup. Sedangan
pembelajaran adalah proses adanya interaksi antara pendidik dan pelajar dengan
sumber belajar (media) untuk membantu proses belajar dan dapat berlangsung
sepanjang hayat.
2. Teori
belajar ada 4; Behavior (Prilaku), Kognitif (Gestalt), Humanistik dan
Konstruktivis yang mempunyai tujuan dan anggapan berbeda.
3. Dari
banyaknya pendapat para ahli dan tokoh dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang
akan lebih banyak belajar dari pengalaman, apa yang dilihat, di rasa dan di
dengar secara bersamaan.
4. Tujuan
Belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
5. Yang
menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah kebutuhan
siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat
ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.
berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah sumber utama tujuan
bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang
bermakna dan dapat diukur.
belajar, membantu pendidik dengan media-media dan memfasilitasi proses belajar
sehingga
menjadi mudah dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar